Damit Sebagai Daerah Tangkapan Air

6.24.2009

Damit... mungkin belum banyak orang mengetahuinya, bahkan saya pun sebagai seorang mahasiswa mengetahuinya pada saat praktikum PLLB ini. Dari kota Pelaihari Kalimantan Selatan menuju Desa Damit membutuhkan waktu 45 menit, Damit merupakan suatu desa yang memiliki daerah tangkapan air atau bendungan yang terletak di salah satu sudut rangkaian pegunungan Meratus, wilayah ini terletak di dataran tinggi yang hampir seluruhnya tertutup padang ilalang dan hutan-hutan kecil. Untuk mencapai bendungan terlebih dahulu kita melewati perkebunan karet dan ada sedikit rumah-rumah penduduk.


Gambar1. Bendungan Damit yang mempunyai fungsi vital untuk sumber kehidupan

Daerah ini dahulunya merupakan daerah yang kekurangan akan adanya air dan hutan yang telah rusak, kehidupan disini pun terancam khususnya untuk pertanian dan perkebunan, apalagi kalau pada saat menghadapi musim kemarau seperti sekarang ini. Oleh sebab itu pemerintah setempat berinisiatif untuk membuat bendungan dan tentunya juga menjaga hutan yang masih tersisa. Dahulunya damit merupakan daerah aliran sungai (DAS) namun sekarang telah berubah menjadi bendungan yang lumayan besar dengan diikuti pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan yang sumber airnya melalui irigasi dari bendungan. Namun sangat disayangkan terdapat kebocoran di irigasi sehingga pengairannya menjadi kurang optimal.

Dengan adanya bendungan ini tentunya membahagiakan para petani. Akibat hujan yang turun serta aliran sungai yang terhambat, tertampung lah air dalam jumlah yang banyak dalam bendungan ini. Kemudian didukung oleh hutan-hutan yang masih tersisa yang berperan untuk ketersediaan air bagi bendungan tersebut. Di mana melalui proses evaporasi serta evapotranspirasi dari siklus hidrologi tumbuhan-tumbuhan mampu menyimpan air dalam jumlah yang banyak oleh akar sehingga mengairi bendungan di kawasan ini. Dan pada akhirnya dikenal dengan daerah tangkapan air Damit.


Gambar2. Irigasi untuk mengaliri persawahan


Gambar3. Area persawahan di daerah Damit



Ada Apa di Pesisir Pantai Tabanio


Kota Tabanio kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia mempunyai titik koordinat 3° 45' 0" South, 114° 37' 0" East. Jika dari kota Banjarbaru menuju daerah ini membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke tempat tujuan. Tabanio Merupakan suatu wilayah pesisir pantai yang ditempati penduduk yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, peternak sapi dan nelayan, dikatakan demikian karena sepanjang jalan menuju pantai tersebut sangat banyak ditemukan persawahan pasang surut dan di sepanjang pantainya banyak ditemukan kapal-kapal nelayan yang sedang berlabuh. Itulah pekerjaan utama yang dilakukan penduduk asli kota Tabanio untuk menghidupi keluarganya.

Gambar1. Pesisir pantai Tabanio

Sapi-sapi milik warga disni dibiarkan lepas tanpa di ikat atau pun di buatkan kandangnya sehingga sangat banyak ditemukan kotoran sapi di jalan atau dipemukiman penduduk. Padahal sebenarnya andaikan sapi-sapi tersebut dibuatkan kandangnya kemudian dibuatkan wadah untuk menampung kotorannya. Yang tadinya kotoran tersebut tidak ada gunanya bisa berubah menjadi energi biogas, seperti yang dimanfaatkan oleh kelompok tani Pasanggani Limboro dari Sulawesi tengah yang bekerja sama dengan Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP). Tiap sapi menghasilkan 10 kilogram kotoran, sehingga tiap hari tersedia 40 kilogram tahi sapi yang siap diolah menjadi biogas.

Menurut sumber yang saya baca cara pembuatan gas itu lumayan gampang. Tiap pagi kotoran dikumpulkan dalam bak penampung dan dicampur dengan satu ember air, lalu campuran itu dialirkan ke dalam bak penampung dari plastik tebal berkapasitas 2 ton. Gas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa menuju plastik penampungan. Gas yang tertampung ini kemudian dialirkan ke kompor gas.

Bak penampungan pertama berisi gas kasar. Sedangkan bak penampungan kedua berisi gas bersih siap pakai. Dari proses ini, tak cuma gas yang bisa dihasilkan, tapi juga pupuk kompos. Ampas dari bak penampungan pertama bisa dijadikan pupuk, yang tentu saja dapat mereka jual ke warga sekitarnya. Sangat diharapkan agar daerah lainnya dapat mengikuti ide kreatif dari masyarakat Sulawesi Selatan ini khususnya daerah Tabanio yang warganya sangat banyak beternak sapi, pastinya peran pemerintah paling utama disini agar bisa mengajak warga sekaligus bimbingan langsung bagaimana cara mengolah kotorran sapi tersebut menjadi biogas dan juga tidak menutup kemungkinan peran mahasiswa untuk membantu suksesnya biogas ini.

Di pesisir pantai tabanio didominasi oleh tumbuhan seperti karamunting (Rhodomyrtus tomentosa), kirinyu (Eupatorium inulifolium) dan tapak liman (Elephantopus scaber). Karamunting adalah sejenis tanaman liar dengan pohon berkayu. Di padang-padang terbuka tingginya hampir serata tinggi orang-orang dewasa. Buahnya yang matang kira-kira tiga per empat buah anggur. Kulitnya seperti beludru, tak licin mengilat, kecuali jika baru tersiram hujan. Di dalamnya berbiji seperti biji anggur, daging seperti anggur, hanya terasa lebih berserat, tak terlalu mengandung air, dan rasanya manis.



Gambar 2. Tumbuhan yang terdapat di pesisir pantai; Karamunting(Rhodomyrtus tomentosa), kirinyu(Chromolaena adonata) tapak liman dan (Elephantophus scraber LI)


Kirinyu (Chromolaena adonata) merupakan tanaman perdu yang banyak tumbuh di lahan-lahan terbuka, memiliki potensi untuk digunakan sebagai pupuk organik. Dan yang terakhir adalah tapak liman (Elephantophus scraber LI) dikenal sebagai tumbuhan yang mudah tumbuh. Di beberapa daerah sering dinamakan tutup bumi, balagaduk, tapak tangan, atau talpak tana. Tumbuhan ini masuk ke dalam famili Compositae yang sering juga dinamakan dengan istilah latinnya Asterocephalus cochinchinensis Soreng. Penggunaan tapak liman untuk berbagai penyakit biasanya dilakukan dengan cara pengobatan dalam, yaitu dengan cara diminum air rebusannya.

Namun pohon kelapa yang biasanya menghiasi pantai hanya ada satu yang kami temukan itupun bekas di tebang pula., hal ini disebabkan pengaruh abrasi yang merubuhkan pohon-pohon besar seperti kelapa. Pada saat kami survey dilapangan bahkan ada pohon besar yang roboh kearah pantai, benar-benar di sayangkan hal yang demikian.

Satu masalah yang kita temui di Tabanio ini adalah masalah abrasi. Adapun abrasi merupakan pengikisan pantai oleh air laut menuju daratan, tiap tahunnya sepanjang 5 meter garis-garis pantai semakin menyempit. Kita sebagai mahasiswa harus bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi warga ini. Menurut pendapat saya masalah abrasi merupakan permasalahan besar yang harus secepatnya diatasi, kerusakan lingkungan akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Maka dari itu kita sebagai manusia harus memikirkan cara untuk mencegah rusaknya lingkungan.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi abrasi yaitu membangun terasiring di sepanjang pantai seperti yang dilakukan di daerah batu licin. Ada juga keinginan untuk menanam hutan mangrove/hutan bakau namun melihat ombak yang besar tidak memungkinkan untuk menanam tumbuhan tersebut.

Jadi yang paling efektif adalah membangun terasiring, namun bagaimana hal tersebut bisa terlaksana, tentunya membutuhkan partisipasi dari masyarakat dan yang paling utama adalah pemerintah sebagai sumber dana. Tetapi melihat kesadaran warga yang kurang terhadap abrasi susah sekali untuk bisa mencegah abrsi tersebut, saya sebagai mahasiswa hanya bisa memberikan sumbangan pikiran yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan bahaya abrasi tersebut bagi warga pesisir dan untuk sekolah-sekolah yang ada di tabanio sebaiknya tenaga pengajarnya memberikan pengetahuan tentang bahaya abrasi atau menanamkan kecintaan terhadap lingkungan sejak dini kepada murid-muridnya dan bisa melakukan prakteknya langsung. Namun semua itu mustahil terjadi tanpa peran pemerintah sebagai sumber dana. Abrasi memang suatu masalah yang tidak bisa diselesaikan karena sudah menjadi faktor alam, kita sebagai manusia hanya bisa mengurangi dampak abrasi tersebut.

translator

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
d' Best Translator